Friday 27 February 2015

Penyesalan Hanya ada Diakhir


Silahkan duduk bapak, perkenalkan diri bapak “nama saya siswanto umur saya 35 tahun”, “oke bapak sudah siap?.”

2 Hari sebelumnya…

“asalamualaikum bapak…”, “walaikum salam, dede baru pulang sudah makan sana makan siang dulu bapak sudah siapkan makan, bapak berakat kerja dulu ya.”, amita berlari ke bapaknya dan mencium tangan bapaknya, “hati-hati dijalan ya bapak”, amita kembali ke meja makan dan memakan makanannya “ehmmm enak juga bapak masaknya” pikirnya hati, setelah makan seperti bisa amita mencuci piring dan tidur siang.

“asalamualaikum”, “walaiksalam bapak gimana kerjanya?, bapak mau dibuatin kopi?”, “boleh, jangan manis-manis ya”. siswanto memegang kepala sambil memikirkan pekerjaannya karna hari itu dia mendapat tuduhan mencuri dari teman kerjanya sehingga hari itu bosnya memberi SP, “ini bapak kopinya”, sruuppp.. “bapak bilang jangan terlalu manis bukan pahit, kamu ini sebenernya denger gak sich!”, dengan nada emosi, “maaf pak, gula kita abis”, amita menangis, siswanto semakin marah “ambil dulu ke sana ke warung bu lek endah, nanti bapak bayar” sambil membating kopinya ke meja. “tapi pak”, siswanto berdiri dan menampar amita, amita jatuh kelantai, masih dengan nada marah siswanto kembali menarik amita “tapi apa, sana ambil dulu ke warung, anak Cuma bikin pusing aja, tinggal ambil aja susah!”, amita pergi kewarung dalam keadaan masih menangis “bulek”, “amita kamu kenapa ko nangis”, “bulek, maaf bulek, boleh gak mita ngambil gula dulu seperapat?, kata bapak besok dibayar”, bu lek endah menghampiri amita, “maaf yea amita bukan bulek gak mau kasih, tapi utang ayah kamu kan udah 1jt, itu juga dari bulan kemaren, maaf ya amita”, amita masih menangis “iia bulek gak apa-apa, maaf yea bulek”, “kasian sekali amita sudah ditinggal ibunya bapaknya pun sama sekali gak punya hati” geleng-geleng kepala. “baaa paak kaata bulek gakk bisa ngutang laagi”, dengan nada gemetar, “sudah sana tidur anak jam segini bukannya tidur!!”,

keesokan harinya siswanto kerja masuk pagi-pagi sekali kerja tanpa menengok amita..

ditempat kerja siswanto kembali mendapat masalah, “Siswanto kemari”, “siap bos” siswanto berjalan dengan lesu karena melihat wajah bosnya sepertinya bosnya lebih marah dari pada kemarin “ada apa lagi ini” pikirnya dalam hati, “kamu tahu kenapa kamu saya panggil kesini, hari ini kamu saya suruh untuk belanja keperluan bangunan kenapa hari, setok semuanya habis”, “anu pak, saya pun tidak mengerti, saya sudah membelinya dan meletakkannya di gudang”, “kenapa waktu saya lihat digudang tidak ada?” bosnya semakin marah, “kamu jangan main-main ya, kamu cari atau kamu ganti, bila besok atau lusa kamu belum mendapatkannya kamu saya laporkan kepolisi!, ingat itu!!!”, siswanto pun keluar kantor dengan wajah lesu, “kenapa sis?”, tanya anton (teman siswanto), siswanto tak memberi jawaban dan dia pun pulang meninggalkan tempat kerjanya.

amita yang masih kesakitan tidak bisa sekolah, saat dalam perjalanan pulang dari kerja siswanto bertemu teman sekolah amita, “pak sis kenapa hari ini amita tidak sekolah, tanpa keterangan lagi?” ira (teman amita) bertanya kepada siswanto, dengan nada kesal dan membetak “setau saya hari ini amita sekolah!”, “maaf pak saya cuma bertanya” ira lansung pergi meninggalkan siswanto.

dukkk dukkk brak…. siswanto menendang pintu rumah, “amita-amita, dimana kamu! jangan ngumpet kamu!”, brak.. siswanto manendang pintu kamar amita “ampun pak… maafkan saya pak”, cpakk siswanto menampar amita “kamu anak gak tau diuntung sekolah aja malas!!” tidak berhenti sampai disitu siswanto menarik rambut amita sampai ke dapur “ammmm punnn ppaaakkk” , “kamu mau jadi apa amita”, “ammmm punnn ppaaakkk”, siswanto kedepan dan mengambil sapu, prak… siswanto mematah kepala sepatu dan mengambil gagangnya… bukk… bukkk.. pukulan siswanto yang bertubi-tubi menghantam tubuh amita… “ampuuunnn pakkk, sakittt pakkk…” uhuk… uhukkk… sampai keluar darah dari mulutnya.. “ampun pak, amita boleh makan dulu pak, atau minum…” buk… bukkk… lagi lagi tubuh amita yang mungil dipukul tanpa ampun “ampuunnn pakkk saya sudahhh tidakkk kuattt…”, amita pingsan dan tak sadarkan diri “kamu jangan pura-pura tidur, amita!!”, siswanto keluar mencari makan, tanpa menyadari bahwa kondisi amita sudah sangat parah..”.

“bu saya mau bungkus nasi 1 pakai telor” siswanto memesan makan di warung, siswanto kembali pulang kerumah membawa nasi bungkus buat amita, “amita, ini makanan buat kamu, jangan pura-pura tidur kamu!!, brukk lagi lagi siswanto membanting piring karna asmita tidak bangun-bangun, siswanto menghampiri amita menendang amita “heh… heh…”, siswanto panik mengecek nafas amita, “amita… ahhhhhhhhhhhh, amita bangun amitaa… maafkan bapak amitaa….”, siswanto berlari menghampiri bidan didekat rumahnya.. “bu tolong bu… anak saya bu…”, “tenang pak… anak bapak kenapa?”, “anak saya tidak bernafas lagi bu”, siswanto menangis…, “tolong bu priksa anak saya”, “ok.. ayo kita kerumah bapak”, sesampainya dirumah ibu mayang (bidan) memeriksa amita “kenapa ini pak.. aduhh ko badannya memar-memar gini trus keluar darah dari mulutnya, anak bapak sudah meninggal, saya akan lapor polisi, ini penganiyayaan”,siswanto duduk lemas tanpa berbicara, dia masih shok karena dia sendiri membunuh anak satu-satunya yang dia sayangi dan miliki, tidak lama setelah laporan ibu mayang polisi pun datang tanpa perlawanan menangkap siswanto yang tidak lain ayah kandung amita.

“begitulah pak, saya sangat menyesal dengan apa yang saya lakukan, saya siap bila dihukum mati, karena saya bersalah dan saya ingin segera bertemu anak saya, saya ingin minta maaf” siswanto menangis.


“ hidup adalah hal yang berharga yang harus kita sukuri, lakukan yang terbaik dan sayangilah anak dan keluargamu sebelum semua yang kau miliki pergi meninggalkan mu, dan kesabaran adalah kunci kebahagiaan”


SEKIAN

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com